Manajemen Proyek
Rabu, 18 Maret 2015
SISTEM BEKISTING UNTUK KONSTRUKSI WALL TINGGI dan KOLOM
Pada pelaksanaan
dilapangan, seringkali system bekisting yang akan diterapkan diserahkan
sepenuhnya kepada mandor yang mengerjakan. Hal ini tidak salah sepenuhnya
mengingat mandor tersebut dalam pengajuan harga tentunya sudah memperhitungkan
system bekisting yang akan dia gunakan. Namun hal ini menjadi masalah apabila
mandor tersebut belum pernah mengerjakan pekerjaan yang dimaksud. Mungkin untuk
target “asal jadi” mandor tersebut akan mampu menyelesaikan, namun untuk
mencapai target waktu yang telah ditentukan akan menjadi masalah apabila system
bekisting yang disiapkan tidak efektif dan efisien.
Pada
dasarnya efektifitas dan efisiensi sebuah system bekisting, salah satunya,
dapat diukur dari seberapa banyak konstruksi pendukung yang dibutuhkan. Semakin
banyak konstruksi pendukung yang dibutuhkan, akan semakin banyak menyerap
tenaga kerja yang membuat tingkat produktifitas semakin rendah yang secara
langsung mengakibatkan durasi pelaksanaan yang semakin lama
Mengendalikan Risiko Dengan "RISK TRANSFER" Dalam Proyek Konstruksi
Resiko memang dapat
ditransfer…bentuknya dapat bermacam-macam. Risk Transfer adalah salah satu
strategi penanganan resiko. Tapi jangan sampai salah kaprah dengan mengalihkan
keseluruhan resiko kepada pihak lain, karena justru akan menyulitkan diri
sendiri.
Telah kita ketahui bahwa terdapat begitu banyak resiko yang terdapat dalam
proyek terlebih pada proyek konstruksi. Resiko proyek yang tidak dikelola dengan
baik akan menyebabkan proyek menjadi gagal. Resiko proyek harus dikendalikan
berdasarkan level dan prioritasnya. Pengendalian resiko akan membuat tim proyek
percaya diri dalam melaksanakan proyek. Tim proyek tak perlu terlalu pusing
jika resiko terjadi karena telah diantisipasi.
METODE ALTERNATIF PEKERJAAN PEMOTONGAN BORED PILE
Pada beberapa pekerjaan struktur, diperlukan pekerjaan bored pile pada
struktur fondasi untuk memperkuat daya
dukung terhadap beban yang bekerja padanya seperti beban lalulintas, berat
sendiri struktur, gempa dan beban-beban lainnya.
Pada beberapa proyek, pekerjakan
pemotongan bored pile-nya sempat menjadi jalur kritis karena pada pekerjaan ini
biasanya dikerjakan dengan manual
(tenaga kerja manusia), sedangkan pekerjaan berikutnya masih banyak dan
menjadi item mayor pekerjaan pondasi. Sebagai contoh jumlah bored pile yang dikerjakan
berjumlah 560 buah, dengan kedalaman bervariasi dari 16 m ke 35 m sedangkan
mutu beton yang digunakan adalah RN. 35 ( fc’ = 35 Mpa). Ketinggian bored pile yang harus dipotong berkisar
antara 1.0 m – 2.0 m dan diameternya
adalah 1.20m.
Mengingat pemotongan bored pile
merupakan pekerjaan pertama dari semua strukur di atasnya, maka keterlambatan penyelesaian pekerjaan
tersebut dapat mengakibatkan keterlambatan pada semua struktur secara
keseluruhan.
Selasa, 17 Maret 2015
Manajemen Resiko Proyek
Manajemen resiko pada proyek
meliputi langkah memahami dan mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin
terjadi, mengevaluasi, memonitoring dan menangani resiko. Manajemen resiko yang
proaktif artinya menjawab bagaimana orang secara aktif berusaha
mengurangi resiko serta memperbaiki tingkat probabilitas keberhasilan
pelaksanaan proyek.
Resiko merupakan kombinasi dari kemungkinan suatu kejadian dan akibat dari kejadian tersebut dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada lebih dari satu akibat yang mungkin terjadi untuk satu kejadian tertentu. Pada umumnya resiko dipandang daru perspektif negatif, seperti kehilangan, bahaya, kerugian, kegagalan dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut pada prinsipnya merupakan bentuk ketidak pastian yang mestinya dipahami dan dikelola secara efektif sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi organisasi.
Resiko merupakan kombinasi dari kemungkinan suatu kejadian dan akibat dari kejadian tersebut dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada lebih dari satu akibat yang mungkin terjadi untuk satu kejadian tertentu. Pada umumnya resiko dipandang daru perspektif negatif, seperti kehilangan, bahaya, kerugian, kegagalan dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut pada prinsipnya merupakan bentuk ketidak pastian yang mestinya dipahami dan dikelola secara efektif sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi organisasi.
Langganan:
Postingan (Atom)